Shidiq (ash-sidqu) artinya benar atau jujur,
lawan dari dusta atau bohong (al-kazib). seorangmuslin
dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin; Benar hati (shidq al-qalb), benar perkataan (shidq al- hadits) dan benar perbuatan (shidq al-‘amal). Antara hati dan
perkataan harus sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan
perbuatan.
Rasulullah saw memerintahkan setiap
Muslin untuk selalu shidiq, karena sikap shidiq membawa kepada kebaikan, dan
kebaikan akan mengantarkan ke sorga. Sebaliknya beliau melarang umatnya
berbohong, karena kebohongan akan membawa kepada kejahatan dan kejatahan akan
berakhir di neraka.
“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena
kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Sesoeorang
yang selalu jujur dan membawa kejujuran akan ditulis Allah sebagai orang jujur
(shiddiq). Dan jauhilah sifat bohong karena kebohongan membawa kepada kejahatan
dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari
kebohongan akan ditulis Allah sebagai pembohong (kadzdab).” (HR. Bukhari)
Bentuk-bentuk Shidiq
Seorang Muslim harus bersikap benar;
kapan, di mana dan kepada siapapun. Kalau diperinci paling kurang ada lima
macam bentuk shidiq:
1.
Benar Perkataan (shidq
al-hadits)
Dalam keadaan apapun seorang Muslim
akan selalu berkata yang benar; baik dalam menyampaikan informasi, menjawab
pertanyaan, melarang dan memerintah ataupun lainnya. Orang yang selalu berkata
benar akan dikasihi Allah dan dipercaya oleh masyarakat. Sebaliknya orang yang
berdusta spalagi suka berdusta, masyarakat tidak akan mempercayainya. Pribahasa
mengatakan, “Sekali lacung keujian seumur hidup orang tidak akan percaya”. Kalu
sudah demikian sulit bagi dia untuk megembalikan kepercayaan masyarakat.
Berkata bohong termasuk salah satu
sifat orang munafik sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah saw:
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu:
Apabila berkata, dusta; bila berjanji mungkir; dan bila dipercaya, khianat.” (H.
Muttaqun ‘Allaihi)
Shidq al-hadits adalah bentuk paling populer dan
paling mudah keliahatan.
2.
Benar Pergaulan (shidq
al-mu’amalah)
Seorang Muslim akan selalu
bermu’amalah dengan benar; tidak menipu, tidak khianat dan tidak memalsu,
sekalipun kepada nonmuslin. Orang yang shidiq dalam mu’amalah jauh dari sifat
sombong dan ria. Kalau melakukan sesuatu dia lakukan karena Allah, kalau
meninggalkan sesuatu juga dia tinggalkan karena Allah. Dia akan selalu bersikap
benar dengan siapapun, tanpa memandang kekayaan, kekuasaan atau status lainnya.
Barang siapa yang selalu bersikap shidiq dalam mu’amalahnya maka dia akan
menjadi kepercayaan masyarakat. Siapapun ingin bermu’amalah dengannya.
3.
Benar Kemauan (shidq
al-‘azam)
Sebelum memutuskan untuk melakukan
sesuatu , seorang Muslim harus mempertimbangkan dan menilai terlebih dahulu
apakah yang dilakukannya itu benar dan bermanfaat. Apabila yakin benar dan
bermanfaat, dia akan melakukannya tanpa ragu-ragu, tidak akan terpengaruh
dengan suara kiri kanan yang mendukung atau mencelanya. Kalau menghiraukan
semua komentar orang, dia tidak akan jadi melaksanakannya. Tetapi bukan berarti
dia mengabaikan kritik, asal kritik itu argumentatif dan konstruktif.
4.
Benar Janji (shidq
al-wa’ad)
Apabila berjanji, seorang Muslim
akan selalu menepatinya, sekalipun musuh atau anak kecil. Rasulullah saw
bersabda:
“Barang siapa yang berkata kepada
anak kecil, mari kemari, saya beri korma ini. Kemudian dia tidak memberinya,
maka dia telah membohongi anak itu”. (HR.
Ahmad)
Mungkir janji itu juga termasuk
salah satu sifat munafik sebagaimana telah disebutkan dalam hadits diatas.
Allah SWT menyukai orang-orang yang
menepati janji. Dalam Al-Qur’an disebutkan pujian Allah SWT kepda Nabi Isma’il
as yang menepati janji:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah Isma’il (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya
ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan
Nabi.”(QS. Maryam 19: 54).
‘Azam (keputusan hati) untuk
melakukan suatu kebaikan dinilai sebagai janji, menepatinya disebut wa’fa
(menepati janji) dan memungkirinya disebut kadzib (bohong). Dalam surat
At-Taubat 75-77 Allah SWT menggambarkan bagaimana orang-orang munafik berjanji
kalau mendapat rezeki dari Allah akan mensedekahkan (sebagiannya, tetapi
setelah mendapatkannya mereka kikir.
“Dan
diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika
Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan
bersedekah danpastilah kami termasuk orang-orang saleh”. Maka setelah Allah
memberikan kepda mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia
itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi
(kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada
waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiriterhadap Allah apa
yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu
berdusta.”(QS. At-Taubah 9: 75-77)
5.
Benar Kenyataan (shidq
al-bal)
Seorang Muslim akan menampilkan diri
seperti keadaan yang sebenarnya. Dia tidak akan menipu kenyataan, tidak memakai
baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak pula mengada-ada. Rasulullah saw
bersabda:
“Orang yang merasa kenyang dengan
apa yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu.”(HR.
Muslim)
Artinya orang yang berhias dengan
bukan miliknya supaya kelihatan kaya sama seperti orang yang memakai dua
kepribadian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar