Kamis, 24 Desember 2015

Pengertian dan Bentuk-bentuk Shidiq



Shidiq (ash-sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong (al-kazib). seorangmuslin dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin; Benar hati (shidq al-qalb), benar perkataan (shidq al- hadits) dan benar perbuatan (shidq al-‘amal). Antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan.
            Rasulullah saw memerintahkan setiap Muslin untuk selalu shidiq, karena sikap shidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke sorga. Sebaliknya beliau melarang umatnya berbohong, karena kebohongan akan membawa kepada kejahatan dan kejatahan akan berakhir di neraka.
Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Sesoeorang yang selalu jujur dan membawa kejujuran akan ditulis Allah sebagai orang jujur (shiddiq). Dan jauhilah sifat bohong karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis Allah sebagai pembohong (kadzdab).” (HR. Bukhari)

Bentuk-bentuk Shidiq
            Seorang Muslim harus bersikap benar; kapan, di mana dan kepada siapapun. Kalau diperinci paling kurang ada lima macam bentuk shidiq:
1.      Benar Perkataan (shidq al-hadits)
            Dalam keadaan apapun seorang Muslim akan selalu berkata yang benar; baik dalam menyampaikan informasi, menjawab pertanyaan, melarang dan memerintah ataupun lainnya. Orang yang selalu berkata benar akan dikasihi Allah dan dipercaya oleh masyarakat. Sebaliknya orang yang berdusta spalagi suka berdusta, masyarakat tidak akan mempercayainya. Pribahasa mengatakan, “Sekali lacung keujian seumur hidup orang tidak akan percaya”. Kalu sudah demikian sulit bagi dia untuk megembalikan kepercayaan masyarakat.
            Berkata bohong termasuk salah satu sifat orang munafik sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah saw:
Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu: Apabila berkata, dusta; bila berjanji mungkir; dan bila dipercaya, khianat.” (H. Muttaqun ‘Allaihi)
Shidq al-hadits adalah bentuk paling populer dan paling mudah keliahatan.
2.      Benar Pergaulan (shidq al-mu’amalah)
            Seorang Muslim akan selalu bermu’amalah dengan benar; tidak menipu, tidak khianat dan tidak memalsu, sekalipun kepada nonmuslin. Orang yang shidiq dalam mu’amalah jauh dari sifat sombong dan ria. Kalau melakukan sesuatu dia lakukan karena Allah, kalau meninggalkan sesuatu juga dia tinggalkan karena Allah. Dia akan selalu bersikap benar dengan siapapun, tanpa memandang kekayaan, kekuasaan atau status lainnya. Barang siapa yang selalu bersikap shidiq dalam mu’amalahnya maka dia akan menjadi kepercayaan masyarakat. Siapapun ingin bermu’amalah dengannya.
3.      Benar Kemauan (shidq al-‘azam)
            Sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu , seorang Muslim harus mempertimbangkan dan menilai terlebih dahulu apakah yang dilakukannya itu benar dan bermanfaat. Apabila yakin benar dan bermanfaat, dia akan melakukannya tanpa ragu-ragu, tidak akan terpengaruh dengan suara kiri kanan yang mendukung atau mencelanya. Kalau menghiraukan semua komentar orang, dia tidak akan jadi melaksanakannya. Tetapi bukan berarti dia mengabaikan kritik, asal kritik itu argumentatif dan konstruktif.
4.      Benar Janji (shidq al-wa’ad)
            Apabila berjanji, seorang Muslim akan selalu menepatinya, sekalipun musuh atau anak kecil. Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri korma ini. Kemudian dia tidak memberinya, maka dia telah membohongi anak itu”. (HR. Ahmad)
            Mungkir janji itu juga termasuk salah satu sifat munafik sebagaimana telah disebutkan dalam hadits diatas.
            Allah SWT menyukai orang-orang yang menepati janji. Dalam Al-Qur’an disebutkan pujian Allah SWT kepda Nabi Isma’il as yang menepati janji:
            “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Isma’il (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi.”(QS. Maryam 19: 54).
            ‘Azam (keputusan hati) untuk melakukan suatu kebaikan dinilai sebagai janji, menepatinya disebut wa’fa (menepati janji) dan memungkirinya disebut kadzib (bohong). Dalam surat At-Taubat 75-77 Allah SWT menggambarkan bagaimana orang-orang munafik berjanji kalau mendapat rezeki dari Allah akan mensedekahkan (sebagiannya, tetapi setelah mendapatkannya mereka kikir.
            “Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah danpastilah kami termasuk orang-orang saleh”. Maka setelah Allah memberikan kepda mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiriterhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.”(QS. At-Taubah 9: 75-77)
5.      Benar Kenyataan (shidq al-bal)
            Seorang Muslim akan menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Dia tidak akan menipu kenyataan, tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak pula mengada-ada. Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu.”(HR. Muslim)

            Artinya orang yang berhias dengan bukan miliknya supaya kelihatan kaya sama seperti orang yang memakai dua kepribadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar